Kawal Pendidikan Dini di Jateng, 512 Asesor Diterjunkan

By Abdi Satria


nusakini.com-Semarang-Kualitas sekolah akan menentukan kualitas anak didiknya. Sekolah yang nyaman dengan guru yang memadai dan kapabel, diperlukan untuk menunjang proses belajar mengajar. 

Menyadari hal tersebut, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mendorong agar tim penilai satuan pendidikan atau asesor makin berkualitas. Bagaimana pun kenyamanan peserta didik juga harus diutamakan. Hal itu hanya bisa didapat jika sarana dan prasarana, teknik mengajar guru maupun kondisi sosiologis sekolah mendukung kegiatan belajar mengajar. 

“Ini investasi kita pertama pada anak-anak. Para asesor ini harus bisa menilai dan melihat, jika ini penting ya kita harus menata politik pendidikan yang lebih besar,” katanya, saat menutup Pelatihan Refreshment Asesor Badan Akreditasi Nasional Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Non Formal (BAN PAUD dan PNF) Jateng Tahun 2019 Angkatan II, di Hotel Grandhika Semarang, Minggu (12/5). 

Usai menerima beberapa penjelasan terkait proses penilaian akreditasi, Ganjar memuji beberapa pembaruan yang dilakukan. Dia berharap para asesor bisa menilai performance (kinerja) dari PAUD maupun sekolah nonformal. 

“Pola akreditasinya yang mulanya compliance (pemenuhan) kini jadi performance. Ini cara baru yang menarik sekaligus PAUD maupun lembaga nonformal ini bisa terpantau, minimal untuk pendidikan yang sangat dasar ini bisa membentuk karakter,” beber mantan anggota DPR RI ini. 

Anggota BAN PAUD dan PNF Pusat Bahruddin mengatakan, saat ini akreditasi lebih menekankan pada aspek performance. Akreditasi kali ini sudah berubah dari compliance ke performance. 

“Jika dahulu seluruh satuan pendidikan selalu pusing jika akan ada visitasi, tapi pada akreditasi kali ini tidak. Sebab tidak ada lagi peninjauan dokumen karena sudah dipenuhi pada aplikasi sebelumnya,” ujarnya. 

Dengan demikian, menurut Bahruddin, pihak sekolah tidak perlu lagi mempermasalahkan keberadaan sarana maupun prasarana sebagai indikator penilaian akreditasi. Karena dalam penilaiannya, sarana prasarana lebih pada fungsi bukan fisiknya. Bahkan jika terpaksa harus belajar di sawah, tidak ada persoalan. 

“Meskipun punya bangunan fisik bagus, tapi pola dan sistem pembelajarannya tidak berjalan semestinya, ya percuma. Tapi jika ekstremnya tidak punya gedung, tapi pembelajaran berlangsung sangat baik dan aplikatif, ini nilai akreditasinya bisa sangat tinggi,” bebernya. 

Ditambahkan, BAN PAUD dan PNF pun telah menerjunkan 512 asesor di seluruh Jateng untuk menyebarkan sistem aplikasi akreditasi yang baru, yang sudah berubah dari paradigma lama. Dia yakin, dengan penerapan pola penilaian seperti itu pendidikan usia dini di Indonesia akan berhasil. 

“Gerakan ini orientasinya untuk pencerdasan anak bangsa, yang langsung masuk pada substansi, bukan sekadar fisiknya,” tandas Bahruddin.(p/ab)